Balik lagi Genks, lama banget ga nulis di blog ini. tp semoga kita tetap dalam Rahman Rahim Allah ya dalam menjalani permainan dunia ini. karana kata Nabi "Dunia Itu Tempat Bermain Dan Bersenda Gurau". jadi jangan serius serius banget, yang penting menang dalam permainan. siapa yang menang? tar ada bahasanya sendiri. 😅. oke kali ini ada pertanyaan masuk gengs tentang pelakor nih, yang sempet happening banget saat itu. gue mencoba menunda jawaban salah satu alesannya biar sepian aja dulu, tar di kira ikut ikutan. intinya sih bagaimana poligami harus dipahami dalam beragama. oke kita mulai genks.
Dalam pemahaman poligami, dasar ayatnya jelas, nikahilah 2,3,4
perempuan diantara kalian, jika tidak bisa adil 1 saja. Sebenernya sih semi
semi ambigu ya. Kita boleh nikah lebih dari satu, tapi kalo bisa
adil. Tapi di ayat lain Allah bilang sesungguhnya Allah doang yang adil. Ketika
memakai jasad manusia, tak ada manusia yang bisa adil secara penuh. Sebagai
contoh, hal kecil saja seperti senyuman, apakah bisa senyuman seorang suami
sama manisnya ketika melihat istri tua dan istri mudanya? Ya pasti beda. Dari
segi senyuman saja kita tidak bisa adil. Di lain sisi wanita, tanya saja,
adakah yang ikhlas? Se ikhlas ikhlasnya wanita pasti bilang “kalo bisa ya
jangan”. Walaupun ada yang memang ikhlas karena sebab hal lain, seperti
keturunan dan semacamnya.
Dalam bahasan lain, dalam surat (64:14), dijelaskan dengan sangat
detail, “sesungguhnya anakmu, istrimu adalah musuh bagimu yang bisa
menjerumuskannmu, berhati hatilah kamu terhadap meraka, mengampuni mereka,
sesunguhnya Allah maha pengampun”. Ingat juga kan pribahasa, 1 musuh
terlalu banyak, 100 teman terlalu sedikit. Kenapa sih dibilang musuh?,
mereka adalah orang paling dekat dengan kita nantinya. Sebagai seorang suami
jika Istri tentangga nangis ga makan, bisa tenang kita (kecuali istri
tetangga cantik, ga tenang suami). Tapi istri kita nangis minta beli
motor, panik kita. Anak orang di tangkep polisi bisa tenang kita, anak sendiri
di tangkep satpam, loncat kita langsung walaupun lagi sholat. Ini yang dibilang
musuhmu sih, semua ketenangan yang kita jaga, akan di uji dengan mereka semua.
Bayangin kalo ada 4 istrinya, berapa banyak ujian yang dia harus jalanin. Tapi
Ketika nanti ada ujian bilangnya Allah lagi ngasih ujian buat dia. Padahal mah
kaga, yang bikin permainan dengan nikah lebih dari 1 siapa? Ketika istrinya
pada ribut, dibilang Allah ngasih ujian. Kan lucu, kita yang buat
permaianannya, tapi ketika di dalam permainan lagi kalah, bilangnya Allah yang
ngasih ujian.
Hampir sama kan ketika kita pinjam uang di bank dengan jaminan tanah
misalkan, kemudian di pakai untuk kegiatan yang konsumtif. Beberapa bulan
berjalan kita ga bisa balikin hutang tersebut. Kemudian rumah disita, dikejar
colector, hidup jadi ga tenang dan mulai ga beraturan. Ini ujian atau kita yang
kalah dalam permainan? Udah tau kemampuan kita untuk bayar hutang ga bisa, tapi
kita tetep paksa pinjam uang ntuk konsumtif. Giliran rumah disita, bilangnya
lagi di uji Allah. Kalo Allah ga punya Rahman Rahim, mungkin udah di jitak ama
Allah. Untung Allah Rahman Rahim.
jadi kalo bisa di naikin pertanyaanya, bagaimana kita bisa tenang,
dengan selalu ada kejadian dalam keluarga kita yang sedikit banyak bikin kita
tidak tenang, karena tujuan pernikahan itu “litaskuni ilaiha”
saling menyamankan/menenangkan? Seharusnya gitu pertanyaanya.
Saya kira itu aja yang bisa saya sampaikan, jangan terlalu di ambil
pusing tentang kejadian yang ada di masyarakat. Ketawain aja, anggap mereka
sedang nguji ketenangan kita. tapi ketika ada yang berpoligami jangan di salahkan. karena pemahaman yg belum ke tujuan syariat islam itu sendiri. Yang jadi pertanyaan, yang di uji sama yang nguji
tinggian mana pangkatnya? Jadi iblis yang menguji dengan godaan kepada manusia
tinggian mana pangkatnya sama manusia itu sendiri?.
See You Genks
AH
No comments:
Post a Comment